Minggu, 25 Januari 2015

Kearifan lokal dalam cerita budaya petuah dan sastra




Kearifan lokal dalam cerita budaya  petuah dan sastra



 v CERITA BUDAYA

·       Pasang rikajang
Pesan leluhur masyarakat adat kajang tana toa kabupaten bulu kumba . masyarakat adat tana toa memiliki pesan leluhur ( teks lisan ) yang berisi 120 pasal dan 19 pasal. Diantaranya berisi sistem pengelolaan lingkungan salah satu pasal dari pesan tersebut berbunyi “anjo boronga anre nakkulle nipanraki punna nipanraki boronga nupanraki kalennu “ (hutan tidak boleh di rusak. Jika engkau merusaknya sama halnya engkau merusak dirimu sendiri ) terdapat juga pasal lain yang berbunyi “anjo natalsang ri boronga karana pasang rettapi tanayya renai adaa “( hutan bisa lestari karena di jga oleh adat. Jika bumi hancur hancur pula adat ).








Kajang dan Sastra Lisan Dulu dan Sekarang

Dalam sebuah kesempatan kunjungan ke Tanah Toa, Ammatoa mengatakan bahwa sebelum semua yang ada di dunia ini dituliskan, semuanya hanya terlisankan atau tersebut dalam “pasang/pesan”. Atau lebih tepatnya disebut Pasang Ri Kajang (berisi pedoman hidup yang diyakini Masyarakat Adat Kajang untuk dunia dan akhirat pra dan pasca Islam masuk), Setelahnyalah baru semua dituliskan. Hal ini menandakan, untuk konteks “Masyarakat Kajang”, sastra lisan hidup dan lestari dalam masyarakat Kajang secara luas. Nanti pada fase moderen atau manusia mengenal tulisan/huruf latin, sastra lisan itu kemudian memudar, tersimpan dalam ingatan tetua masayarakat Kajang. Kecuali dalam Masyarakat Adat Kajang, Sastra Lisan tersebut masih lestari dengan baik dan terwariskan dan tertransformasikan dari generasi ke generasi. Faktanya, masih banyak hal yang belum berubah di dalam kawasan Adat Kajang, terutama tradisi masyarakatnya yang harmonis dengan alam semesta, pola hidup yang sederhana, jujur dan bersahaja.

Pasang Ri Kajang sebagai Sumber Inspirasi Penulisan Karya Sastra

Pasang Ri Kajang (Pesan di Kajang)sebagai sebuah pedoman hidup dunia dan akhirat Masyarakat Adat Kajang tentunya memiliki kedalaman nilai yang luhur sebab hingga kini, pesan tersebut masih tetap diyakini kebenarannya dan dipatuhi ritualitasnya dalam masyarakat adat. Kemampuan mengeliminasi dan bertahan pada modernitas menjadikannya sebagai komunitas yang memiliki identitas dan otentitas yang kontras dengan masyarakat luar Kajang. Bukan hanya karena berpakaiannya yang serba hitam, namun sikap mereka dan menjalani kehidupan yang arif dan bijaksana.
Sebagai pedoman hidup, Pasang Ri Kajang tentunyalah sangat luas dan banyak. Namun, beberapa contoh dapat dikemukakan dalam tulisan ini sebagai bagian dari upaya penggalian nilai Pasang Ri Kajang dalam penulisan karya sastra (hasil penelitian pribadi penulis);

Appa’ Passala Pasang Ri Kajang, Erang Kasalamakang Lino na Ahere
(empat pesan keselamatan dunia dan akhirat)
Buakkang Mata/Menjaga Pandangan Mata
Pansuluq Saqra/Menjaga Tutur Kata
Palampa Lima/Menjaga Gerak Tangan
Angkaq Bangkeng/Menjaga Langkah Kaki

(hasil penelitian pribadi penulis 2006);
Mencermati salah satu Pasang Ri Kajang ini tentunya akan membawa kita pada dialog bathin yang panjang dan mendalam. Dari dialog bathin tersebut, jika kita ingin memberikan apresiasi dan memberikan respons dengan menggunakan media “karya sastra” sebagai penyampai, empat pesan di atas dapat menjadi kekuatan yang sangat dahsyat dan dapat menjadi energi yang akan terus membuat imajinasi kita tumbuh dan merespons fakta-fakta sosial, religi, sikap ataupun fakta-fakta diri pribadi kita.
Jika ditarik ke dalam salah satu fakta “sosial dan politik” maka, ada berapa banyak karya sastra yang bisa lahir dari fenomena sosial politik di Indonesia atas keingkaran-keingkaran (kedustaan) maupun hal yang bersifat positif (bohong/ingkar) atas fakta kekuasaan, birokrasi maupun kemiskinan yang terus tumbuh tak terbendung dan birokrat dan politisi seolah mengeksploitasi/membiarkan dan dalam pidato-pidato mereka menyebutkan bahwa semua baik-baik saja.

Ada banyak ruang kemungkinan yang bisa terjadi dan menarik untuk diolah sebagai sebuah karya sastra dari fenomena “Kajang”, misalnya; realitas cinta pemuda “adat Kajang” yang akan menemukan benturan budaya jika salah satu di antaranya bukan orang Kajang dan memiliki pandangan hidup moderen, Fakta kehidupan Masyarakat Adat Kajang yang menolak Modernitas “listrik dan mesin”, fakta larangan menebang pohon sembarangan, fakta Hukum Adat kajang yang masih eksis, Ritualitas, dan sebagainya, yang tentunya sangat originil dan dapat menjadi hal menarik jika ditransformasikan ke dalam karya sastra.

Hal lain dalam Masyarakat Kajang, luar dan dalam batayya (kawasan adat), sastra lisan masih bisa diperoleh dari penutur yang jumlahnya tak banyak lagi. Umumnya hanya tetua masyarakat kajang, misalnya kisah atau Legenda Tombong Ratu di Laikang Kajang, Legenda Kehidupan Paratiwi atau dunia bawah tanah, Kisah pengislaman Amma Toa pertama di Kajang, Legenda Raksasa, Kisah Pembumihangusan Kajang oleh Belanda tahun 1825, Kisah perseteruan Raja Kajang dengan Raja Bantaeng, dan sebagainya yang kesemuanya memiliki nilai kesastraan yang tinggi dan hingga hari ini, belum pernah tereksplorasi secara massif dan dijadikan sebuah karya satra dalam bentuk puisi, novel, novelet, roman ataupun cerpen.

Hal-hal yang di atas ini adalah sisi lain dari Masyarakat Adat kajang yang dapat menjadi semangat yang luar biasa bagi Masayarakat kajang yang ingin mencoba melakukan “gerakan sastra” dengan menjadikan hal tersebut sebagai titik inti dari pusarannya dalam berkarya.

v PETUAH

·       Semong dalam cerita rakyat aceh
Semong merupakan sebuah seni tutur bahasa yang di miliki oleh masyarakat aceh . semong menjadi semacam mitigasi bencana yang menyerukan kepada penduduk untuk lari ke bukit ketika terjadi gempa.


CONTOH GAMBAR SEMONG CERITA RAKYAT ACEH





v SASTRA

·       Kearifan lokal dalam sastra melayu
Suku melayu terkenal dengan seni sastranya . lewat seni sastra suku melayu menggambarkan kearifan lokal yang wajib di jungjung tinggi . seperti dalam petikan seni sastra berikut :
Adat orang hidup beriman
Tahu menjaga laut dan hutan
Tahu menjaga kayu dan kayan
Tahu menjaga binatang hutan
Tebasnnya tidak menghabiskan
Tebangnnya tidak memusnahkan
Bakarnya tidak membinasakan


Gurindam
Gurindam adalah satu bentuk puisi Melayu lama yang terdiri dari dua baris kalimat dengan irama akhir yang sama, yang merupakan satu kesatuan yang utuh. Baris pertama berisikan semacam soal, masalah atau perjanjian dan baris kedua berisikan jawabannya atau akibat dari masalah atau perjanjian pada baris pertama tadi.
contoh :
Pabila banyak mencela orang
Itulah tanda dirinya kurang

Dengan ibu hendaknya hormat
Supaya badan dapat selamat
Gurindam Dua Belas
Kumpulan gurindam yang dikarang oleh Raja Ali Haji dari Kepulauan Riau. Dinamakan Gurindam Dua Belas oleh karena berisi 12 pasal, antara lain tentang ibadah, kewajiban raja, kewajiban anak terhadap orang tua, tugas orang tua kepada anak, budi pekerti dan hidup bermasyarakat.
Hikayat
Hikayat adalah salah satu bentuk sastra prosa yang berisikan tentang kisah, cerita, dongeng maupun sejarah. Umumnya mengisahkan tentang kehebatan maupun kepahlawanan seseorang lengkap dengan keanehan, kesaktian serta mukjizat tokoh utama. Salah satu hikayat yang populer di Riau adalah Yong Dolah.
Karmina
Karmina atau dikenal dengan nama pantun kilat adalah pantun yang terdiri dari dua baris. Baris pertama merupakan sampiran dan baris kedua adalah isi. Memiliki pola sajak lurus (a-a). Biasanya digunakan untuk menyampaikan sindiran ataupun ungkapan secara langsung.
Contoh
Sudah gaharu cendana pula
Sudah tahu masih bertanya pula
Pantun
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Pantun
Pantun merupakan sejenis puisi yang terdiri atas 4 baris bersajak a-b-a-b, a-b-b-a, a-a-b-b. Dua baris pertama merupakan sampiran, yang umumnya tentang alam (flora dan fauna); dua baris terakhir merupakan isi, yang merupakan tujuan dari pantun tersebut. 1 baris terdiri dari 4-5 kata, 8-12 suku kata.
Contoh Pantun
Kayu cendana di atas batu
Sudah diikat dibawa pulang
Adat dunia memang begitu
Benda yang buruk memang terbuang
Seloka
Seloka merupakan bentuk puisi Melayu Klasik, berisikan pepatah maupun perumpamaan yang mengandung senda gurau, sindiran bahkan ejekan. Biasanya ditulis empat baris memakai bentuk pantun atau syair, kadang-kadang dapat juga ditemui seloka yang ditulis lebih dari empat baris.
contoh seloka lebih dari 4 baris:
Baik budi emak si Randang
Dagang lalu ditanakkan
Tiada berkayu rumah diruntuhkan
Anak pulang kelaparan
Anak dipangku diletakkan
Kera dihutan disusui
Syair
Syair adalah puisi atau karangan dalam bentuk terikat yang mementingkan irama sajak. Biasanya terdiri dari 4 baris, berirama aaaa, keempat baris tersebut mengandung arti atau maksud penyair (pada pantun, 2 baris terakhir yang mengandung maksud). Syair berasal dari Arab.
Talibun
Talibun adalah sejenis puisi lama seperti pantun karena mempunyai sampiran dan isi, tetapi lebih dari 4 baris ( mulai dari 6 baris hingga 20 baris). Berirama abc-abc, abcd-abcd, abcde-abcde, dan seterusnya.
Contoh Talibun :
Kalau anak pergi ke pekan
Yu beli belanak beli
Ikan panjang beli dahulu
Kalau anak pergi berjalan
Ibu cari sanakpun cari
Induk semang cari dahulu





CONTOH GAMBAR SYAIR





TUGAS GEOGRAFI

                                                                                                                                                              

KELOMPOK 1 :
1.   NUGRAHA  RHAMADHANI
2.   NUR  KHOTIMAH
3.   GUSTYA  KRISMAYANTI
4.   VINA  FEBRIANI
5.   YULIYANTI
6.   HENI  SRI  MULYANI
7.   YUSTIK  SRI  MAIDA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar