Kearifan lokal
dalam cerita budaya petuah dan sastra
v CERITA BUDAYA
· Pasang rikajang
Pesan leluhur masyarakat adat kajang tana toa kabupaten bulu kumba .
masyarakat adat tana toa memiliki pesan leluhur ( teks lisan ) yang berisi 120
pasal dan 19 pasal. Diantaranya berisi sistem pengelolaan lingkungan salah satu
pasal dari pesan tersebut berbunyi “anjo boronga anre nakkulle nipanraki punna
nipanraki boronga nupanraki kalennu “ (hutan tidak boleh di rusak. Jika engkau
merusaknya sama halnya engkau merusak dirimu sendiri ) terdapat juga pasal lain
yang berbunyi “anjo natalsang ri boronga karana pasang rettapi tanayya renai
adaa “( hutan bisa lestari karena di jga oleh adat. Jika bumi hancur hancur
pula adat ).
Kajang dan
Sastra Lisan Dulu dan Sekarang
Dalam sebuah
kesempatan kunjungan ke Tanah Toa, Ammatoa mengatakan bahwa sebelum semua yang
ada di dunia ini dituliskan, semuanya hanya terlisankan atau tersebut dalam
“pasang/pesan”. Atau lebih tepatnya disebut Pasang Ri Kajang (berisi
pedoman hidup yang diyakini Masyarakat Adat Kajang untuk dunia dan akhirat pra
dan pasca Islam masuk), Setelahnyalah baru semua dituliskan. Hal ini
menandakan, untuk konteks “Masyarakat Kajang”, sastra lisan hidup dan lestari
dalam masyarakat Kajang secara luas. Nanti pada fase moderen atau manusia
mengenal tulisan/huruf latin, sastra lisan itu kemudian memudar, tersimpan
dalam ingatan tetua masayarakat Kajang. Kecuali dalam Masyarakat Adat Kajang,
Sastra Lisan tersebut masih lestari dengan baik dan terwariskan dan tertransformasikan
dari generasi ke generasi. Faktanya, masih banyak hal yang belum berubah di
dalam kawasan Adat Kajang, terutama tradisi masyarakatnya yang harmonis dengan
alam semesta, pola hidup yang sederhana, jujur dan bersahaja.
Pasang Ri
Kajang sebagai Sumber Inspirasi Penulisan Karya Sastra
Pasang Ri
Kajang (Pesan di Kajang)sebagai sebuah pedoman hidup dunia dan akhirat
Masyarakat Adat Kajang tentunya memiliki kedalaman nilai yang luhur sebab
hingga kini, pesan tersebut masih tetap diyakini kebenarannya dan dipatuhi
ritualitasnya dalam masyarakat adat. Kemampuan mengeliminasi dan bertahan pada
modernitas menjadikannya sebagai komunitas yang memiliki identitas dan
otentitas yang kontras dengan masyarakat luar Kajang. Bukan hanya karena
berpakaiannya yang serba hitam, namun sikap mereka dan menjalani kehidupan yang
arif dan bijaksana.
Sebagai
pedoman hidup, Pasang Ri Kajang tentunyalah sangat luas dan banyak. Namun,
beberapa contoh dapat dikemukakan dalam tulisan ini sebagai bagian dari upaya
penggalian nilai Pasang Ri Kajang dalam penulisan karya sastra (hasil
penelitian pribadi penulis);
Appa’
Passala Pasang Ri Kajang, Erang Kasalamakang Lino na Ahere
(empat pesan
keselamatan dunia dan akhirat)
Buakkang
Mata/Menjaga Pandangan Mata
Pansuluq
Saqra/Menjaga Tutur Kata
Palampa
Lima/Menjaga Gerak Tangan
Angkaq
Bangkeng/Menjaga Langkah Kaki
(hasil
penelitian pribadi penulis 2006);
Mencermati
salah satu Pasang Ri Kajang ini tentunya akan membawa kita pada dialog bathin
yang panjang dan mendalam. Dari dialog bathin tersebut, jika kita ingin
memberikan apresiasi dan memberikan respons dengan menggunakan media “karya
sastra” sebagai penyampai, empat pesan di atas dapat menjadi kekuatan yang
sangat dahsyat dan dapat menjadi energi yang akan terus membuat imajinasi kita
tumbuh dan merespons fakta-fakta sosial, religi, sikap ataupun fakta-fakta diri
pribadi kita.
Jika ditarik
ke dalam salah satu fakta “sosial dan politik” maka, ada berapa banyak karya
sastra yang bisa lahir dari fenomena sosial politik di Indonesia atas
keingkaran-keingkaran (kedustaan) maupun hal yang bersifat positif
(bohong/ingkar) atas fakta kekuasaan, birokrasi maupun kemiskinan yang terus
tumbuh tak terbendung dan birokrat dan politisi seolah
mengeksploitasi/membiarkan dan dalam pidato-pidato mereka menyebutkan bahwa
semua baik-baik saja.
Ada banyak
ruang kemungkinan yang bisa terjadi dan menarik untuk diolah sebagai sebuah
karya sastra dari fenomena “Kajang”, misalnya; realitas cinta pemuda “adat
Kajang” yang akan menemukan benturan budaya jika salah satu di antaranya bukan
orang Kajang dan memiliki pandangan hidup moderen, Fakta kehidupan Masyarakat
Adat Kajang yang menolak Modernitas “listrik dan mesin”, fakta larangan
menebang pohon sembarangan, fakta Hukum Adat kajang yang masih eksis,
Ritualitas, dan sebagainya, yang tentunya sangat originil dan dapat menjadi hal
menarik jika ditransformasikan ke dalam karya sastra.
Hal lain
dalam Masyarakat Kajang, luar dan dalam batayya (kawasan adat), sastra lisan
masih bisa diperoleh dari penutur yang jumlahnya tak banyak lagi. Umumnya hanya
tetua masyarakat kajang, misalnya kisah atau Legenda Tombong Ratu di Laikang
Kajang, Legenda Kehidupan Paratiwi atau dunia bawah tanah, Kisah pengislaman
Amma Toa pertama di Kajang, Legenda Raksasa, Kisah Pembumihangusan Kajang oleh
Belanda tahun 1825, Kisah perseteruan Raja Kajang dengan Raja Bantaeng, dan
sebagainya yang kesemuanya memiliki nilai kesastraan yang tinggi dan hingga
hari ini, belum pernah tereksplorasi secara massif dan dijadikan sebuah karya
satra dalam bentuk puisi, novel, novelet, roman ataupun cerpen.
Hal-hal yang
di atas ini adalah sisi lain dari Masyarakat Adat kajang yang dapat menjadi
semangat yang luar biasa bagi Masayarakat kajang yang ingin mencoba melakukan
“gerakan sastra” dengan menjadikan hal tersebut sebagai titik inti dari pusarannya
dalam berkarya.
v PETUAH
· Semong dalam cerita rakyat aceh
Semong merupakan sebuah seni tutur bahasa yang di miliki oleh masyarakat
aceh . semong menjadi semacam mitigasi bencana yang menyerukan kepada penduduk
untuk lari ke bukit ketika terjadi gempa.
CONTOH GAMBAR SEMONG CERITA RAKYAT
ACEH
v SASTRA
· Kearifan lokal dalam sastra melayu
Suku melayu terkenal dengan seni sastranya . lewat seni sastra suku
melayu menggambarkan kearifan lokal yang wajib di jungjung tinggi . seperti
dalam petikan seni sastra berikut :
Adat orang hidup beriman
Tahu menjaga laut dan hutan
Tahu menjaga kayu dan kayan
Tahu menjaga binatang hutan
Tebasnnya tidak menghabiskan
Tebangnnya tidak memusnahkan
Bakarnya tidak membinasakan
Gurindam
Gurindam adalah satu bentuk puisi Melayu
lama yang terdiri dari dua baris kalimat dengan irama akhir yang sama, yang
merupakan satu kesatuan yang utuh. Baris pertama berisikan semacam soal, masalah
atau perjanjian dan baris kedua berisikan jawabannya atau akibat dari masalah
atau perjanjian pada baris pertama tadi.
contoh :
Pabila banyak mencela orang
Itulah tanda dirinya kurang
Dengan ibu hendaknya hormat
Supaya badan dapat selamat
Gurindam Dua Belas
Kumpulan
gurindam yang dikarang oleh Raja Ali Haji dari Kepulauan Riau. Dinamakan Gurindam
Dua Belas oleh karena
berisi 12 pasal, antara lain tentang ibadah, kewajiban raja, kewajiban anak
terhadap orang tua, tugas orang tua kepada anak, budi pekerti dan hidup
bermasyarakat.
Hikayat
Hikayat adalah salah satu bentuk sastra
prosa yang berisikan tentang kisah, cerita, dongeng maupun sejarah. Umumnya
mengisahkan tentang kehebatan maupun kepahlawanan seseorang lengkap dengan keanehan,
kesaktian serta mukjizat tokoh utama. Salah satu hikayat yang populer di Riau
adalah Yong Dolah.
Karmina
Karmina atau dikenal dengan nama pantun kilat adalah pantun
yang terdiri dari dua baris. Baris pertama merupakan sampiran dan baris kedua
adalah isi. Memiliki pola sajak lurus (a-a). Biasanya digunakan untuk
menyampaikan sindiran ataupun ungkapan secara langsung.
Contoh
Sudah gaharu
cendana pula
Sudah tahu
masih bertanya pula
Pantun
Artikel
utama untuk bagian ini adalah: Pantun
Pantun
merupakan sejenis puisi yang terdiri atas 4 baris bersajak a-b-a-b, a-b-b-a,
a-a-b-b. Dua baris pertama merupakan sampiran, yang umumnya tentang alam (flora
dan fauna); dua baris terakhir merupakan isi, yang merupakan tujuan dari pantun
tersebut. 1 baris terdiri dari 4-5 kata, 8-12 suku kata.
Contoh
Pantun
Kayu cendana
di atas batu
Sudah diikat
dibawa pulang
Adat dunia
memang begitu
Benda yang
buruk memang terbuang
Seloka
Seloka merupakan bentuk puisi Melayu
Klasik, berisikan pepatah maupun perumpamaan yang mengandung senda gurau,
sindiran bahkan ejekan. Biasanya ditulis empat baris memakai bentuk pantun atau
syair, kadang-kadang dapat juga ditemui seloka yang ditulis lebih dari empat
baris.
contoh seloka lebih dari 4 baris:
Baik budi emak si Randang
Dagang lalu ditanakkan
Tiada berkayu rumah diruntuhkan
Anak pulang kelaparan
Anak dipangku diletakkan
Kera dihutan disusui
Syair
Syair adalah puisi atau karangan dalam
bentuk terikat yang mementingkan irama sajak. Biasanya terdiri dari 4 baris,
berirama aaaa, keempat baris tersebut mengandung arti atau maksud penyair (pada
pantun, 2 baris terakhir yang mengandung maksud). Syair berasal dari Arab.
Talibun
Talibun adalah sejenis puisi lama seperti
pantun karena mempunyai sampiran dan isi, tetapi lebih dari 4 baris ( mulai
dari 6 baris hingga 20 baris). Berirama abc-abc, abcd-abcd, abcde-abcde, dan
seterusnya.
Contoh
Talibun :
Kalau anak pergi ke pekan
Yu beli belanak beli
Ikan panjang beli dahulu
Kalau anak pergi berjalan
Ibu cari sanakpun cari
Induk semang cari dahulu
CONTOH GAMBAR SYAIR
TUGAS
GEOGRAFI
KELOMPOK 1 :
1. NUGRAHA RHAMADHANI
2. NUR
KHOTIMAH
3. GUSTYA KRISMAYANTI
4. VINA
FEBRIANI
5. YULIYANTI
6. HENI
SRI MULYANI
7. YUSTIK SRI
MAIDA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar